Home » Artikel » Harus Belajar Piano Berapa Lama Sampai Bisa?

Harus Belajar Piano Berapa Lama Sampai Bisa?

Pertanyaan ini sering banget saya dapat dari calon murid atau orang tua calon murid. Belajar piano berapa lama sampai mahir ya, Kak? Berapa belajar piano sampai bisa ya? Tiga bulan cukup engga? Dan sebagainya.

Sebelum saya jawab, saya mau bilang dulu nih ya, baca baik-baik nih kata-kata saya.

Dengan menanyakan pertanyaan ‘berapa lama belajar piano sampai bisa’ ke tempat les manapun, artinya kamu mendukung tindakan pembodohan masal.

Iya bener. Kok bisa?

Belajar piano berapa lama? Tiga bulan dijamin bisa!

Sebut aja Bu Mawar. Bu Mawar ini pingin banget anaknya bisa main piano. Oleh karena itu, ia mencari tempat les.

Di setiap tempat les piano atau guru piano, Bu Mawar selalu bertanya, “Berapa lama belajar piano sampai bisa?” Dan hampir semua tempat les menjawab, “Tergantung murid dan faktor-faktor lain, Bu.”

Bu Mawar engga puas dengan jawaban itu dan terus mencari tempat les piano. Akhirnya ketemulah tuh, tempat les yang memberikan jaminan 3 bulan bisa.

Bu Mawar seneng dong. Berarti anaknya cukup 3 bulan les, terus bisa main piano. Maka Bu Mawar daftarin tuh anaknya dan segera mulai les piano.

Selanjutnya, Bu Mawar menunggu selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, dia lihat anaknya bisa main satu lagu. Wow! Seneng dong.

Kemudian Bu Mawa minta anaknya untuk mainin lagu lain, bahkan mengiringi orang nyanyi “Happy Birthday” saat ada keluarga yang ulang tahun.

Tapi jawaban anaknya, “Aku engga bisa.”

Bu Mawar jawab, “Loh! Tadi bisa main lagu lancar begitu? Kok sekarang engga bisa?”

Setelah Bu Mawar cari tahu, ternyata selama 3 bulan itu anaknya cuma belajar satu lagu itu aja. Ketika diminta main lagu lain, anaknya tidak bisa.

“Tergantung murid, Bu.”

Sebaliknya, Bu Melati, teman Bu Mawar, anaknya les piano di tempat yang tidak berani memberikan jaminan belajar piano berapa lama sampai bisa.

Tempat les anaknya cuma jawab, “Kami akan berusaha semaksimal mungkin, tapi semua tergantung murid, Bu.”

Selama 3 bulan, anak Bu Melati ini mainnya masih cupu banget. Khas permainan anak kecil. Tapi ketika diminta untuk memainkan lagu-lagu sederhana lainnya, dia bisa.

Dan enam bulan kemudian, satu tahun kemudian, anak Bu Melati ini bisa memainkan lagu-lagu lain yang bahkan tidak ia pelajari di tempat les pianonya.

Sedangkan anak Bu Mawar, hanya bisa memainkan lagu yang sudah ia pelajari dari tempat les pianonya.

Ada apa sih ini sebenarnya?

Anak TK pun bisa mengerjakan 25 x 25 kok

Iya. Kamu engga salah baca. Anak TK bisa kok. Asal cara belajarnya tuh gini.

Tiap hari, selama seminggu, sebulan, atau 3 bulan, suruh hafalin tuh. Kalau ada yang tanya “dua puluh lima dikali dua puluh lima, berapa,” harus dia jawab “enam ratus dua puluh lima”.

Tetapi masalahnya, bisa engga tuh anak suruh jawab pertanyaan perkalian lain? Atau bagaimana jika pertanyaannya berubah menjadi “dua lima kali dua lima sama dengan,”? Jangan-jangan dia engga bisa jawab?

Kalau engga bisa jawab, berarti tuh anak cuma belajar copas aja. Tidak belajar prinsipnya.

Demikian juga di musik. Kalau seseorang cuma bisa memainkan satu lagu aja, hanya lagu yang dia pelajari di tempat les, ya kemungkinan besar dia cuma belajar copas aja dari guru pianonya. Bukan belajar prinsipnya.

Dan kalau ditanya berapa lama belajar piano sampai ngerti prinsipnya, sampai bisa main effortless begitu, ya tentu butuh waktu lebih dari tiga bulan.

Yang dimaksud bisa atau mahir bermain piano tuh…

Kamu harus bisa memainkan lagu-lagu lain dengan effortless. Minimal dengan gaya permainan yang standar lah.

Contohnya, coba kamu lihat ke media sosial, di sana banyak orang cover lagu dengan bermacam-macam gaya permainan. Dan lagi, ketika kamu kepo-in tuh akunnya, ternyata mereka bisa main piano spontan tanpa harus banyak berpikir.

Inilah yang disebut bisa main atau mahir bermain piano. Bukan cuma yang bisanya main satu lagu saja. Dan jika kamu tanya, “berapa lama belajar piano sampai bisa begitu?” ke orang tersebut, tidak jarang mereka jawab, wah udah sekian tahun. Bahkan ada yang dari kecil.

Sebagai contoh lainnya adalah acara pencarian bakat seperti Indonesian Idol misalnya. Kadang para juri sering meminta peserta menyanyikan lagu lain selain yang sudah peserta nyanyikan (dengan sangat bagus) di awal audisi.

Tujuannya apa sih? Ya untuk mengetahui, apakah si peserta ini beneran bisa nyanyi, atau cuma bisa satu lagu itu doang yang bagus (banget)? Kalau cuma satu lagu itu doang, ya engga pantas dapat golden ticket ya kan.

Munculnya kampanye iklan jaminan bisa dalam “X” bulan

Ilmu marketing mengajarkan bahwa suatu kampanye iklan haruslah berisi pesan yang sejalan dengan problem apa yang sering konsumen hadapi.

Kalau konsumen sering bertanya, “Berapa lama belajar piano sampai bisa?” maka kampanye iklan yang bisa memberikan jaminan terhadap permasalahan tersebut pasti akan sangat menarik hati konsumen.

Selanjutnya, penyedia jasa tinggal membuat produk yang “tidak melanggar kampanye tersebut”. Contohnya, ya ajarin aja tuh murid untuk main satu lagu selama sekian bulan. Hasilnya ya pasti bisa main satu lagu itu.

Tapi bagaimana dengan lagu lain? Bisa kah? Padahal patokan bisa main piano tuh harus bisa main lagu lain juga.

Dan dengan terus menerus menanyakan “Belajar piano berapa lama sampai bisa”, maka kamu sebenarnya sedang memberikan ide kampanye iklan yang cenderung membodohi banyak orang.

Makin banyak yang tanya begitu, maka akan makin banyak penyedia jasa yang berpikir mereka harus memberikan jaminan tersebut.

Akhirnya karena tidak mau kalah saing, maka makin banyak juga kampanye iklan yang berisi pesan tersebut dan makin banyak orang yang termakan iklan tersebut.

Jadi, sebenarnya belajar piano berapa lama sampai bisa?

Jawaban yang benar adalah seperti yang tempat les anak Bu Melati di atas. Tergantung murid dan faktor-faktor lain.

Kalau kamu ingin cepat bisa, ya kamu harus rajin latihan. Dan latihan piano nya pun harus mindfull. Bukan latihan yang mindless.

Kemudian selain cara latihan yang mindfull, tujuan belajar, ada tidaknya fasilitas pendukung, dan guru juga berpengaruh.

Jadi sekarang, yok stop tanya “berapa lama belajar piano sampai bisa”, ke tempat les manapun. Mari ikut mencerdaskan bangsa ini dengan tidak mengajukan pertanyaan tersebut.